Rabu, 19 Agustus 2009

52 Kiat Agar Suami disayang Istri

Oleh: Adil Fathi Abdillah

  1. Berhiaslah untuk isteri anda sebagaimana anda senang apabila ia berhias untuk anda.
  2. Merayu isteri dan mencandainya.
  3. Mempergaulinya dengan lemah lembut dan kasih sayang.
  4. Penuhi kesenangannya untuk berbicara dan bercakap-cakap (bercengkerama).
  5. Panggillah isteri dan nama kesukaannya.
  6. Jauhilah sikap emosional dan tempramental.
  7. Berilah isteri anda rasa aman dan tenang.
  8. Membuatnya gembira dengan pemberian yang mengejutkan.
  9. Masuklah ke dalam rumah dengan wajah berseri-seri dan tersenyum.
  10. Berlemah lembutlah dalam berbicara.
  11. Bicarakanlah sesuatu yang menyenangkannya.
  12. Memujinya di hadapan keluarga anda dan keluarganya.
  13. Menghargai penampilannya.
  14. Berikanlah hadiah (romantis) semisal bunga atau selainnya sebagai penguat cinta di antara keduanya.
  15. Hilangkanlah kejenuhan rutinitas sehari-hari dengan bertamasya (rihlah) atau selainnya.
  16. Terimalah kekurangan-kekurangannya karena tidak ada manusia yang sempurna.
  17. Jagalah diri dari perkara-perkara sepele yang dapat bertumpuk menjadi masalah besar.
  18. Bantulah isteri anda dalam urusan-urusan rumah tangga.
  19. Jangan kikir dengan perasaan anda. Ekspresikan perasaan anda kepadanya dengan kelembutan dan kejujuran.
  20. Hargai akal dan buah pemikirannya.
  21. Selalulah berbaik sangka kepada dirinya.
  22. Bangkitkanlah perasaannya bahwa ia adalah wanita yang ideal bagi anda.
  23. Bantulah ia meningkatkan kemampuannya.
  24. Jagalah perasaannya terutama di saat haidh dan hamil.
  25. Bantulah dirinya di dalam mengurusi anak-anak.
  26. Hormati keluarganya, berbuat baik kepada mereka dan tidak melarangnya untuk mengunjungi keluarganya.
  27. Makan bersama di rumah atau tempat lain yang tenang dan aman dari fitnah.
  28. Berikan pujian dan sanjungan kepada dirinya.
  29. Jagalah rahasianya dan janganlah menyebarkannya.
  30. Jagalah hak-haknya dan janganlah menyia-nyiakannya.
  31. Berbuat adillah kepada dirinya.
  32. Perlakukanlah dirinya dengan baik dan lemah lembut.
  33. Bersikaplah realistis dan jadikanlah dirinya sebagai isteri yang ideal bagi anda.
  34. Bekerja sama dengannya di dalam ketaatan kepada Allah.
  35. Janganlah anda terlalu sering meninggalkan dirinya dan rumah.
  36. Yang lalu biarlah berlalu dan jangan suka mengungkit-ungkit kesalahan yang telah berlalu.
  37. Jangan memberikan peluang kepada orang lain untuk mencampuri urusan rumah tangga anda.
  38. Jauhi motivasi yang buruk tatkala menikah.
  39. Jagalah kesehatannya secara intensif.
  40. Ajaklah isteri anda ke dalam kebahagiaan anda.
  41. Kirimlah surat kepadanya apabila anda jauh darinya.
  42. Jelas dan tidak tergesa-gesa apabila anda meminta sesuatu padanya sehingga dia faham dan tidak bingung dengan apa yang anda inginkan.
  43. Maklumilah kecemburuannya dan maafkanlah.
  44. Bantulah dirinya di dalam menghadapi persoalan-persoalan yang menyusahkan dan membosankan.
  45. Ikutilah petunjuk Islam ketika isteri anda berpaling.
  46. Jangan menganggap diri anda selalu benar.
  47. Mengikuti petunjuk Islam tatkala melakukan hubungan intim.
  48. Tidak mendatangi isteri dari dubur atau tatkala haidh.
  49. Menjaganya dari pandangan-pandangan jahat manusia.
  50. Memberinya anggaran khusus selain biaya hidup sehari-hari.
  51. Nikmatilah nikmatnya lupa terutama yang berkaitan dengan musibah-musibah yang menyedihkan, kesalahan-kesalahan dan perilaku isteri di masa lalu.
  52. Janganlah anda menunggu-nunggu mukjizat, karena isteri anda adalah unik dengan karakternya dan janganlah anda memaksanya berubah sekehendak anda. Terimalah dirinya apa adanya, tutuplah mata dari kelemahan-kelemahannya dan bukalah mata dari kelebihan-kelebihannya. Insya Allah isteri anda akan semakin mencintai anda.
Sumber: Kiat-kiat disayang isteri, Pustaka al-Sofwa, pent. Akhyar ash-Shidiq Muhsin, Lc., Editor: Kholid Syamhudi, Lc. Judul Asli: Kayfa Taj'al Zawjataka Tuhibbuka.

5 Pilar Keluarga Sakinah

Masyarakat adalah cerminan kondisi keluarga, jika keluarga sehat berarti masyarakatnya juga sehat. Jika keluarga bahagia berarti masyarakatnya juga bahagia. Ada 5 pilar untuk membentuk keluarga sakinah diantaranya sebagai berikut:
  1. Dalam keluarga itu ada mawaddah dan rahmah (Q/30:21).
    Mawaddah adalah jenis cinta membara, yang menggebu-gebu dan "nggemesi", sedangkan rahmah adalah jenis cinta yang lembut, siap berkorban dan siap melindungi kepada yang dicintai. Mawaddah saja kurang menjamin kelangsungan rumah tangga, sebaliknya, rahmah, lama kelamaan menumbuhkan mawaddah.

  2. Hubungan antara suami isteri harus atas dasar saling membutuhkan, seperti pakaian dan yang memakainya (hunna libasun lakum wa antum libasun lahunna, Q/2:187).
    Fungsi pakaian ada tiga, yaitu (a) menutup aurat, (b) melindungi diri dari panas dingin, dan (c) perhiasan. Suami terhadap isteri dan sebaliknya harus menfungsikan diri dalam tiga hal tersebut. Jika isteri mempunyai suatu kekurangan, suami tidak menceriterakan kepada orang lain, begitu juga sebaliknya. Jika isteri sakit, suami segera mencari obat atau membawa ke dokter, begitu juga sebaliknya. Isteri harus selalu tampil membanggakan suami, suami juga harus tampil membanggakan isteri, jangan terbalik di luaran tampil menarik orang banyak, di rumah "nglombrot" menyebalkan.

  3. Suami isteri dalam bergaul memperhatikan hal-hal yang secara sosial dianggap patut (ma'ruf), tidak asal benar dan hak, Wa'a syiruhunna bil ma'ruf (Q/4:19).
    Besarnya mahar, nafkah, cara bergaul dan sebagainya harus memperhatikan nilai-nilai ma'ruf. Hal ini terutama harus diperhatikan oleh suami isteri yang berasal dari kultur yang menyolok perbedaannya.

  4. Menurut hadis Nabi, pilar keluarga sakinah itu ada empat (idza aradallohu bi ahli baitin khoiran dst); (a) memiliki kecenderungan kepada agama, (b) yang muda menghormati yang tua dan yang tua menyayangi yang muda, (c) sederhana dalam belanja, (d) santun dalam bergaul dan (e) selalu introspeksi.

  5. Menurut hadis Nabi juga, empat hal akan menjadi faktor yang mendatangkan kebahagiaan keluarga (arba'un min sa'adat al mar'i), yakni (a) suami/isteri yang setia (saleh/salehah), (b) anak-anak yang berbakti, (c) lingkungan sosial yang sehat , dan (d) dekat rizkinya.

7 Faktor Kehancuran Rumah Tangga

Di dalam rumah tangga selalu memiliki rintangan dan penyebab kehancuran, dalam pandangan Psikofitrah ada 7 penyebab kehancuran keluarga. Kehancuran keluarga ditengah masyarakat berarti juga kehancuran satu bangsa sebab keluarga adalah cermin dari satu bangsa.
  1. Akidah yang keliru atau sesat, misalnya mempercayai kekuatan dukun, magic dan sebangsanya.
    Bimbingan dukun dan sebangsanya bukan saja membuat langkah hidup tidak rasionil, tetapi juga bisa menyesatkan pada bencana yang fatal.

  2. Makanan yang tidak halalan thayyiba.
    Menurut hadis Nabi, sepotong daging dalam tubuh manusia yang berasal dari makanan haram, cenderung mendorong pada perbuatan yang haram juga (qith'at al lahmi min al haram ahaqqu ila an nar).
    Semakna dengan makanan, juga rumah, mobil, pakaian dan lain-lainnya.

  3. Kemewahan.
    Menurut al Qur'an, kehancuran suatu bangsa dimulai dengan kecenderungan hidup mewah, mutrafin (Q/17:16), sebaliknya kesederhanaan akan menjadi benteng kebenaran. Keluarga yang memiliki pola hidup mewah mudah terjerumus pada keserakahan dan perilaku manyimpang yang ujungnya menghancurkan keindahan hidup berkeluarga.

  4. Pergaulan yang tidak terjaga kesopanannya (dapat mendatangkan WIL dan PIL).
    Oleh karena itu suami atau isteri harus menjauhi "berduaan" dengan yang bukan muhrim, sebab meskipun pada mulanya tidak ada maksud apa-apa atau bahkan bermaksud baik, tetapi suasana psikologis "berduaan" akan dapat menggiring pada perselingkuhan.

  5. Kebodohan.
    Kebodohan ada yang bersifat matematis, logis dan ada juga kebodohan sosial. Pertimbangan hidup tidak selamanya matematis dan logis, tetapi juga ada pertimbangan logika sosial dan matematika sosial.

  6. Akhlak yang rendah.
    Akhlak adalah keadaan batin yang menjadi penggerak tingkah laku. Orang yang kualitas batinnya rendah mudah terjerumus pada perilaku rendah yang sangat merugikan.

  7. Jauh dari agama.
    Agama adalah tuntunan hidup. Orang yang mematuhi agama meski tidak pandai, dijamin perjalanan hidupnya tidak menyimpang terlalu jauh dari rel kebenaran. Orang yang jauh dari agama mudah tertipu oleh sesuatu yang seakan-akan "menjanjikan" padahal palsu

Wasiat bagi Istri dan Ummi Muslimah

KotaSantri.com : "Amat besar kebencian di sisi Allah apabila kamu mengatakan apa-apa yang tiada kamu kerjakan." (Ash-Shaff : 3).

Berikut adalah wasiat bagi istri dan ummi muslimah :
  • Berperilaku hikmah, aktif dan muraqabatullah, sehingga memungkinkan baginya menjadikan rumah tangga sebagai surga yang menjadi tambatan sang suami dan anak-anak.
  • Melaksanakan kewajiban dan perannya yang asasi di dalam mentarbiyah dan memelihara anak-anak, karena dialah yang paling banyak berinteraksi dengan mereka.
  • Agar memperoleh gambaran yang jelas tentang keluarga teladan, kita bisa membandingkan dengan keluarga yang sang Istri tiada mengandung sifat-sifat Islami, tidak melaksanakan kewajiban-kewajiban sebagaimana layaknya seorang istri. Dialah yang menjadikan rumah seperti neraka jahim, sebagai ajang perselisihan dan persengketaan dan pertentangan terhadap adab-adab Islam. Sehingga sang suami dan anak-anak tidak mendapatkan suasana tenang dan tenteram.
  • Istri muslimah teladan harus memberikan semangat kepada sang suami dalam menjalankan kewajiban-kewajiban terhadap Islam, seperti amal, pengorbanan dan jihad. "Mereka itu adalah pakaian bagimu dan kamu adalah pakaian bagi mereka." (Al-Baqarah : 187).
  • "Maka wanita yang shalih ialah yang taat kepada Allah lagi memelihara diri ketika suaminya tidak ada, karena Allah telah memelihara mereka." (A-Nisa : 34).
  • Dia harus pandai memilih teman dan orang-orang dekat dari kalangan wanita shalihah. Dia juga harus menjaga adab dan tata krama Islam seperti hijab atau tata krama lainnya.
  • Alangkah baiknya jika istri muslimah teladan selektif terhadap masalah halal dan haram, yang berkenaan dengan rumah seperti perabot, pakaian, makanan, minuman, tradisi dan sebagainya. Dia harus menjauhi yang haram dan syubhat (meragukan).
  • Harus ittiba' terhadap sunnah dan petunjuk Rasul di dalam kegiatan dan kebiasaan pada siang dan malam hari yang biasa diterapkan di dalam rumah, seperti cara makan, minum, berpakaian, tidur, salam, minta izin, masuk dan keluar rumah, do'a-do'a dan sebagainya.
  • Dia dan suami harus memperhatikan amalan-amalan Islami dan menanamkannya dalam jiwa anak, seperti shaum ramadhan, tarawih di masjid dan di rumah.
  • Istri muslimah teladan harus juga menjadi qudwah hasanah, beriltizam dengan busana muslimah dan menjauhi model-model berhias yang terlarang.

Referensi : "Qudwah di Jalan Da'wah", Al Ustadz Musthafa Masyur. [boemi-islam.com]